Acara dibuka oleh Bapak Sahala Panggabean MBA, Founder Yayasan SAPARI pada hari Sabtu 10 Oktober 2020.
Di kesempatan yang sama keynote speaker Odo R.M. Manuhutu, Deputi Bidang Koordinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kemenko Maritim dan Investasi menyampaikan bahwa salah satu yang saya lihat menjadi kesempatan bagi kawasan Danau Toba adalah desa wisata sebagai pendukung utama penunjang destinasi prioritas. Maka pemerintah terus berupaya untuk menjamin agar seluruh pembangunan di kawasan Danau Toba menjadi prioritas, tidak hanya sebatas infrastruktur fisik tapi juga Sumber Daya Masyarakat agar berjalan dengan maksimal, serta manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat setempat.
Odo Manuhutu juga menekankan justru di masa pandemi ini juga mengajak perlunya gerakan nasional bangga Indonesia, dimana mendorong aktivitas ekonomi UMKM setempat untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dengan adanya pariwisata Danau Toba.
Sementara itu narasumber berikutnya, Staf Ahli Bidang Pengembangan Berkelanjutan dan Konservasi Kemenparekraf, Dr. Frans Teguh MA menjelaskan, hal terpenting yang harus digaris bawahi yaitu peranan Sumber Daya Manusia untuk aktif bergerak menyesuaikan perilaku wisatawan domestik dan mancanegara, hal ini diperlukan aspek skill, knowledge dan attitude. Bapak Frans juga mengatakan,terkait menyiapkan SDM, menjadi hal yang sangat penting bagi pengelola, dan semua pelaku pariwisata untuk bersatu padu agar ekosistem pariwisata di Danau Toba harus menciptakan pengalaman otentik yang menjadi kekuatan utama.
Sementara itu Arie Prasetyo, Direktur Utama Badan Pelaksanan Otorita Danau Toba menjawab pertanyaan dari awak media mengenai kesiapan BPODT terkait destinasi wisata ramah muslim, yang akan berkunjung ke Danau Toba.
Dilihat dari statistik wisatawan yang datang ke Danau Toba berdasarkan data BPS di tahun lalu Sumatera Utara sekitar 260 ribu wisatawan (sebelum covid-19). Di bulan Januari 2020 masih cukup bagus dan target psikologis tahun ini diangka 300 ribu wisatawan. 50% wisatawan yang datang ke Sumatera Utara dari survey yang kita lakukan itu sekurangnya 60% wisatawan yang datang ke Danau Toba. Lalu 50% dari mereka berasal dari Malaysia, biarpun memang tidak keseluruhannya muslim,” ujar Arie Prasetyo.
BPODT telah melakukan berkoordinasi dengan pemilik hotel melakukan hal-hal kecil yang bermanfaat bagi wisatawan muslim seperti contohnya menyediakan petunjuk kiblat dan menyediakan fasilitas sejadah dan pelengkapan ibadah lainnya di kamar.
Adapun Prof. Dr. Ir. Santum. R. P. Sitorus, Pakar Agro Bisnis dan Guru Besar IPB membicarakan peluang agrowisata dan ecowisata menjadi destinasi pendukung sekaligus menjadi meningkatkan kesejahreraan masyarakat. Ia menjelaskan, kalau dilihat dari pengembangan agrowisata jika dikaitkan dengan kawasan wisata Danau Toba, secara garis besar mencangkup beberapa aspek. Pertama, pengembangan sumber daya manusia. Kedua, Sumber daya alam. Ketiga, promosi. Keempat, dukungan sarana.dan Kelima, kelembagaan. Agrowisata perlu direncanakan dan dirancang sesuai dengan keunikan pertanian, keunikan kehidupan masyarakat/petani dan potensi spesifik lokasi.
Selain itu Dr. Ir. Johnny Walker Situmorang, M.S., Ketua Komunitas Samosir Maju serta Peneliti Ahli Utama Kemenkop & UKM menerangkan bagaimana mengelola potensi yang bisa mensejahterakan masyarakat melalui budaya, agro mapun rekreasional yang berbasis koperasi. Pembangunan pariwisata berbasis koperasi menjadi kekuatan pariwisata Indonesia. Seperti yang diketahui koperasi merupakan wadah yang bertujuan untuk memajukan secara bersama -sama perekonomian ekonomi setempat.
378 total views