Penulis: Multazam
Para pekerja tengah memetik teh Perkebunan Teh PTPN IV. (Arifin al Alamudi)
Menatap hamparan hijau perkebunan teh yang memanjakan mata
Menghirup udara sejuk khas perbukitan
Dari alam nan indah ini, daun teh kelas dunia dihasilkan
Sekelumit cerita tentang perkebunan teh pertama di luar Pulau Jawa
Matahari belum terlalu tinggi saat kapal motor yang kami tumpangi bersandar di Dermaga
Tigaras, Simalungun. Setelah puas berkeliling Samosir, hari ini kami hendak menuju Perkebunan teh Sidamanik. Jaraknya cuma 20-an kilometer dari pelabuhan penyeberangan Simanindo – Tigaras.
Menggunakan sepeda motor, perjalanan dimulai dengan menyusuri jalan aspal relatif lebar.
Sepanjang jalan, menghampar sawah dan tanaman jagung milik warga. Menoleh ke arah Selatan, terlihat Pegunungan Dolok Simanuk-manuk. Disisi berlawanan, mengintip Dolok Simbolon.
Menyaksikan itu, waktu setengah jam terasa cepat berlalu. Kami pun sampai di areal Perkebunan Teh Sidamanik. Sejak terbitnya Peraturan Daerah Kabupaten Simalungun Nomor 9/2002, secara administratif kecamatan Sidamanik dibagi menjadi dua, yakni Sidamanik dan Pematang Sidamanik. Keduanya diapit oleh tiga perkebunan teh besar. Kebun Sidamanik, Bah Butong dan Toba Sari, milik Unit Usaha PT. Perkebunan Nusantara IV (PTPN IV).
Lokasi kebun teh persis berada ditepi kiri dan kanan jalan raya. Hamparan hijau membentang
sejauh mata memandang. Tiupan angin menggoda diri untuk berlama-lama menikmati panorama sekitar. Ada begitu banyak spot untuk berfoto. Semacam surga bagi para pecinta swafoto.
Berbekal potensi itu, areal perkebunan dimanfaatkan warga sekitar untuk mengais pendapatan. Masyarakat setempat menghiasi kebun teh dengan berbagai pernak-pernik tulisan. Beberapa peralatan seperti topi, bakul, boneka hingga aneka bunga turut disediakan. Menciptakan spot alternatif bagi pengunjung yang ingin berfoto.
“Cukup membayar Rp 5.000 per orang, pengunjung udah bisa berfoto sepuasnya bang” tegas.
Wandi, salah satu warga yang menjaga spot foto tersebut.
Hamparan Kebun Teh Sidamanik selalu menjadi daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung. (Arifin Al Alamudi)
Tidak hanya menikmati pesona alam, pengunjung juga dapat belajar langsung dari petani tentang bagaimana cara memetik daun teh yang baik dan benar. Teknik memetik teh rupanya tidak asal-asalan. Petani harus lihai memilih daun teh terbaik, lalu memetiknya tanpa merusak batang tanaman.
Justin, salah seorang mandor, menuturkan Kebun Teh Sidamanik saat ini tidak sekedar menjadi area piknik dan berfoto, tapi juga dijadikan tempat wisata edukasi. Banyak pengunjung ingin mengetahui proses pemetikan, perawatan dan produksi teh sehingga kualitasnya tetap terjaga. Untuk itu, pengunjung dipersilahkan melapor terlebih dahulu ke kantor PTPN IV yang berada dekat dari kebun teh.
“Setelah melapor, nanti pengunjung bisa ditemani oleh staf atau pemetik teh, berkeliling dan praktik langsung cara memetik teh,” katanya.
Perkebunan Pertama Diluar Jawa
Dibalik hijau dedaunan, Sidamanik rupanya punya sekelumit cerita sejarah. Bagian tak
terpisahkan dari jejak awal perkebunan di Sumatera Timur. Karl Pelzer, dalam Buku Toean
Kebun Dan Petani (1985) menjelaskan sejarah awal tanaman teh mulai menjadi komoditi di
Sumatera Timur. Penanaman teh pertama kali dilakukan di sebidang tanah percobaan di salah satu ondernaming Rimbun Hulu pada 1898. Namun percobaan ini tidak memberikan harapan dan hasil yang baik. Biaya pembukaan hutan jauh lebih mahal dibanding hasil yang didapatkan. Baru pada 1917, Nederlandsche Handel-Maatschappij (NV.NHM) mulai membuka perkebunan teh di wilayah Simalungun. Menjadikan Sidamanik sebagai perkebunan teh pertama di luar Jawa.
Para pekerja sedang mengemas teh ke dalam karung di Pabrik Teh PTPN IV. (Arifin Al Alamudi)
Sejarawan Unimed, Erond L Damanik, mengatakan pembukaan Perkebunan Teh Sidamanik tidak terlepas dari ekspansi komoditas perkebunan di Sumatera Timur. Saat terjadi resesi atau anjloknya produksi tembakau oleh hama sekitar tahun 1890-an, Belanda mencoba mengembangkan komoditas perkebunan lain.
“Awalnya ke kopi lebih dulu, ditanam di wilayah Serdang Hulu. Baru kemudian dikembangkan komoditas teh yang ditanam di wilayah Sidamanik” Ungkap Erond.
Terbukanya perkebunan, diikuti dengan kedatangan berbagai etnis seperti Jawa, Toba, Tamil dan China ke tanah Simalungun. Mereka datang sebagai kuli kontrak yang bekerja di perkebunan.
Erond menjelaskan beberapa alasan mengapa belanda membawa buruh migran dari tanah jawa sebagai pekerja perkebunan. Menurutnya, Orang Jawa dinilai sudah memiliki jiwa perkebunan ketika cultuurstelsel (sistem kerja paksa) dilakukan di tanah jawa.
“Disamping karena penilaian secara psikologis dan sosiologis, orang-orang jawa sudah pengalaman membudidayakan teh” ucapnya
Pascamerdeka, Pemerintah Indonesia mulai melakukan kebijakan nasionalisasi perusahaan-perusahaan asing termasuk NHM. Lahan perkebunan dialihkan di bawah pengelolaan Perusahaan Aneka Tanaman IV (ANTAN-IV). Selanjutnya berubah jadi PNP VII, lalu kemudian melebur bersama PNP VI,VII menjadi PTPN IV di bawah naungan PTPN IV, dulunya terdapat lima kebun yang produktif menanam teh. Kebun Marjandi, Bah-Birong Ulu, Sidamanik, Bah Butong dan Tobasari. Namun sejak 2006, Kebun Marjandi dan Bah-Birong Ulu telah mengeluarkan kebijakan pengkonversian tanaman teh menjadi perkebunan kelapa sawit.
Sekarang, usaha teh PTPN IV dikordinir distrik II yang terdiri dari tiga kebun. Sidamanik, Bah Butong dan Tobasari. Luasnya 6.373,29 Ha. Ketiganya terletak di Kecamatan Sidamanik dan Pematang Sidamanik dengan ketinggian 800-1.100 meter di atas permukaan laut.
Penghasil Teh Kualitas Dunia
Kebun Teh PTPN IV memproduksi jenis teh hitam orthodox, yang dipasarkan dan terkenal di mancanegara. Keunggulan dihasilkan dari pucuk daun teh pilihan. Dipetik dan diproses agar menghasilkan perpaduan cita rasa dan aroma yang spesifik. Warna dan bentuk partikelnya (bubuk) juga menarik.
Para pekerja tengah memetik teh Perkebunan Teh PTPN IV. (Arifin al Alamudi)
Win Dwiputra, Manajer Kebun Bah Butong mengatakan saat ini terdapat 14 macam produk teh unggulan ekspor. Antara lain, Broken Oranye Peko (BOP), Broken Fanning Peko (BFP), Broken Tea (BT), Peko Fanning (PF), Dust I, Broken Peko (BP), BOPF, PF II, Fann II, BP II, BT II, Dust II, Dust III, Dust IV yang dikelompokkan berdasarkan tingkat kehalusan serbuk teh, aroma serta rasa teh.
“Dilihat dari sisi kualitas, teh dari sidamanik ternyata masih sangat menjanjikan di pasar internasional”, katanya.
Hal senada diungkapkan Hasrul, Kepala Balai Karantina Pertanian Belawan. Produksi teh dari perkebunan dikawasan Sidamanik hingga saat ini telah didistribusikan ke berbagai Negara.
“Catatan kami sudah ada sembilan negara yang menjadi tujuan ekspor komoditas sub sektor perkebunan Sumut ini yaitu Malaysia, Taiwan, Thailand, Vietnam, Brunai Darussalam, Pakistan, Jerman, Cina dan Iran,” kata Hasrul.
Hasrul menambahkan, Kementrian Pertanian melalui Karantina Pertanian Belawan mencatat ekspor teh yang keluar melalui pelabuhan belawan pada semester I 2020 mencapai 461 Ton dengan nilai Rp 10,4 Miliar.
“Selama semester I 2020, ekspor teh melalui Pelabuhan Belawan telah dilakukan sebanyak 26 kali pengiriman. Hal ini sudah mencapai 39 persen dari total ekspor teh Sumatera Utara pada 2019 yang mencapai 1.196 ton,” ungkapnya.
Dari sisi kesehatan, mengkonsumsi teh dapat mencegah penyakit jantung, kanker, hingga osteoporosis pada perempuan pasca menopouse (American Journal of Epidemiology John Weisburger, PhD). Hasil penelitian lain menyebutkan, teh berkhasiat mencegah penyakit diabetes militus (Indian Institute of Chemical Biology, Dilip K. Ganguly) dan mengurangi resiko serangan stroke (Lembaga Perlindungan Kesehatan Masyarakat & Lingkungan, Belanda dr. Sirving O. Keli)
Tak Sekedar Melihat Kebun Teh
Selain cerita teh dan keindahan panorama alam, Sidamanik juga memiliki potensi wisata berupa sumber mata air segar. Ada dua pemandian yang bisa dikunjungi, yakni Bah Simatahuting dan Bah Sidamanik. Jarak keduanya hanya 100 meter. Dipisahkan hutan dan perbukitan. Airnya begitu bening. Para pengunjung dapat menikmati mata air yang berkelindan diantara hijau perkebunan. Menggoda siapa saja untuk menyeburkan diri, berendam sembari menatap hamparan perbukitan.
Air Terjun Bah Biak, tidak kalah indah. Cuma sekitar 1 kilometer dari Perkebunan Bah Butong. Berjalan menuju lokasi air terjun harus ekstra hati-hati. Melewati semak-semak tanam dan beberapa belokan. Jika hujan, jalanan teramat licin.
Namun jangan khawatir, sesampainya dilokasi, pengunjung pasti tidak akan menyesal. Airnya jernih. Menetes jatuh menghantam dinding-dinding batu. Membentuk empat aliran air yang sungguh memesona.
Beragam keindahan yang terhampar di tengah keelokan Perkebunan Teh Sidamanik dapat menjadi modal berharga untuk menarik minat wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.
Terkhusus bagi yang melancong ke Danau Toba, jangan lupa singgah ke Sidamanik. Seperti kami, hari ini. Rasanya lengkap. Puas menikmati wisata alam dan budaya di Danau Toba, menutupnya dengan agrowisata di Sidamanik. Memetik teh sembari piknik.
1,542 total views